Fanatik berlebihan selalu tidak baik dan Indonesia sebagai Negara paling memiliki kecendrungan itu, hasilnya luar biasa, hampir semua panca indra lumpuh, pembenaran jadi kebiasaan, dan logika jadi barang langka.
Fanatik membuat kita berpijak di sebuah kubu, melakukan pembenaran atas semua yang kubu kita lakukan, dan menyalahkan semua yang di lakukan oleh kubu lawan.
Inilah bibit perpecahan bangsa yang selalu sukses dimanfaatkan pihak-pihak yang punya prinsip “Chaos is Ladder”, dagangan yang sukses dijual penjajah masa lalu dalam mengkotak-kotakan Nusantara.
Akhir-akhir ini apa yang telah digunakan oleh para petualang politik yang terus memanfaatkan situasi dan keadaan pada umumnya, tengah rentan serta sarat dengan desepsi (pengelabuan, pengalihan perhatian dari tujuan sebenarnya, atau dengan kata-kata magis aresto momentum (untuk memperlambat waktu pada satu proses kejadian).
Oleh karenanya, setiap pribadi musti mulai membiasakan diri untuk menerapkan pola berpikir bertingkat bagaikan labyrinth, dimana suatu kisah terdapat kisah kejadian lain dan diatasnya terdapat kisah yang lain lagi.
Dasar pola pikir tersebut, bukan bertujuan untuk memperkeruh keadaan atau membela suatu kepentingan golongan, melainkan sebuah bentuk atau bagian dari pola berpikir maju dan berkembang, agar kita menjadi lebih berhati-hati dan waspada dengan permainan politik tingkat tinggi yang membentuk opini dan sikap masyarakat terhadap suatu fenomena atau terhadap seorang figur tertentu.
Kaum konspirator pengkhianat bangsa dan pengusaha-pengusaha korup masih belum mau menyerah, mereka terus melancarkan infiltrasi dan agenda provokasi melalui mobilisasi massa yang mereka jadikan alat-nya mayoritas berlatar belakang kaum orientalis, religius aktivis, mahasiswa dan “intelektual” selalu ada upaya tahun 1998 mereka coba ulangi kembali.
Bermain di dua kaki kekuatan PRO dan KONTRA Pemerintah akan mereka benturkan dengan motif yang berbeda namun dengan rumus dasar yang masih sama (order out of chaos = menciptakan masalah (problem), memunculkan reaksi (reaction) dan memberi solusi palsu (fake solution).
Masyarakat harus jeli melihat sesuatu, jangan sampai terjebak dan dijadikan martir (korban kepentingan) bagi mereka yang memiliki kepentingan sesa'at dengan meng-atas-namakan kepentingan Rakyat Indonesia.
ORDER OUT of CHAOS
ORDO AB CHAO yang diterjemahkan ke Bahasa Inggris menjadi Order Out of Chaos adalah suatu pepatah lama Kaum Masonik (Freemason) yang paling terkenal, pepatah okultisme tersebut mengacu pada kecenderungan kaum elite untuk menciptakan krisis dan kekacauan dalam suatu wilayah atau negara.
Targetnya adalah menghasilkan ketakutan dan kebingungan dalam masyarakat (The Great Panic and Depression) dalam rangka memperkenalkan dan meloloskan kebijakan hukum baru yang menguntungkan bagi agenda dan pihak mereka (the order problem, reaction, solution is a mass mind control system, it is used to make changes to the law that the citizens would not accept otherwise).
Kedamaian atau Solusi PALSU akan diciptakan oleh kaum elit pelaku okultisme setelah periode kekacauan masyarakat, yang pada akhirnya adalah ‘keteraturan’ itu adalah ciptaan versi mereka ! dalam konteks ini, dapat kita pahami bahwa serangga (lalat) di dalam kaleng terbang dalam lingkaran konsentris mewakili masyarakat yang terhipnotis oleh alur baru yang mereka ciptakan.
BUTTERFLY EFFECT
Butterfly Effect adalah istilah dalam teori kekacauan (chaos) yang berhubungan dengan "ketergantungan yang peka terhadap kondisi awal", di mana perubahan kecil pada satu tempat dalam suatu sistem tidak linear dapat mengakibatkan perbedaan besar dalam keadaan kemudian.
Istilah yang pertama kali dipakai oleh Edward Norton Lorenz ini merujuk pada sebuah pemikiran bahwa kepakan sayap kupu-kupu di hutan belantara Brasil secara teori dapat menghasilkan badai tornado di Texas beberapa bulan kemudian, fenomena ini juga dikenal sebagai sistem yang ketergantungannya sangat peka terhadap kondisi awal.
Perubahan yang hanya sedikit pada kondisi awal, dapat mengubah secara drastis kelakuan sistem pada jangka panjang, jika suatu sistem dimulai dengan kondisi awal maka hasil akhir dari sistem yang sama akan jauh berbeda, dengan kata lain, kesalahan yang sangat kecil akan menyebabkan bencana di kemudian hari.
SKEMA STRATEGI ASIMETRIS
Strategi asimetris (non militer ) merupakan metode favorit kaum konspirator untuk melancarkan propaganda, serangan dilakukan menggunakan tiga tahapan pola yang disebut ITS (Isu, Tema, Skema), Isu, ditebar pada forum-forum akademis untuk dilempar ke publik sebagai ‘test the water’.
Isu yang dilempar ke publik ini untuk membangun benturan-benturan, baik benturan ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya, termasuk di dalamnya konflik peradaban, agama, mazhab, dll, celakanya, selama ini kita sering terjebak dan hanyut hanya pada tataran isu, tidak peduli dengan apa sebenarnya yang ada di balik itu.
Selesai penebaran isu, dimunculkanlah tema atau agenda lanjutan, bila tema bisa diterima oleh publik, barulah dijalankan skema besar-nya, serangan bisa gagal di tataran isu, bisa juga berhasil, kegagalan terjadi karena bentuk serangan terbaca oleh publik, publik kemudian melakukan kontra strategi sehingga isu tinggal isu, tak dapat melaju menjadi tema maupun skema.
Di sinilah debat berbantahan sering kita saksikan di media massa maupun media-sosial antara pihak yang sudah termakan isu dan pihak yang sedang melakukan kontra strategi.
Semakin banyak orang termakan isu, maka isu pun melaju ke tahapan berikunya, menjadi sebuah tema atau agenda, kemudian mendarat sukses ke skema besar, untuk itu mari tingkatkan kepekaan untuk tidak mudah termakan isu yang ditebarkan oleh operator-operator berbaju politisi, akademisi, aktivis LSM, dan entah apa lagi.
Penulis: Freddy Watania
Editor: Riki Susanto