Urgensi Berorganisasi; Nilai-Nilai yang Terpinggirkan

iman sahrul pmii

Oleh Iman Sahrul, Anggota Biro Kesejahteraan Sosial PB PMII

Organisasi, beberapa orang mengaggap organisasi sebagai wadah aktualisasi atau berekspresi, ada juga sebagai ruang eksistensi. Organisasi kerap pula dijadikan jalan menuju tujuan pribadi atau melibatkan kepentingannya melalui organisasi maka tidak salah ketika beberapa teori menyebutkan bahwa organisasi sebagai alat bantu untuk mencapai tujuan. 

Namun, dari banyak nya tujuan hendaknya tidak boleh melupakan soal visi dan misi organisasi serta nilai-nilai yang menjadi pedoman dalam berorganisasi sesuai aturan yang sudah ditetapkan. Hal ini menjadi penting karena tolak ukur keberhasilan sebuah organisasi yaitu goals-nya adalah pencapaian tujuan/cita-cita sedangkan nilai nilai organisasi atau sering kita pahami sebagai bagian dari budaya organisasi (Hunt: 2012) menjadi pengantar dalam pencapaian tujuannya. 

Budaya biasanya membentuk sikap dan perilaku anggotanya yang mencerminkan dirinya sebagai anggota organisasi tersebut. Proses pembentukan tersebut menurut Hunt merupakan komponen budaya organisasi yang disebut espoused value atau nilai-nilai yang di anut sehingga budaya disini dapat membentuk anggotanya secara khas dengan karakter nya tersendiri.

Banyak sekali organisasi mahasiswa (ormawa) yang sedang berkembang. Namun, semuanya memiliki karakteristik masing masing-masing dan nilai-nilai yang berbeda. Tidak ada maksud untuk membandingkan, penulis yakin semua organisasi memiliki nilai-nilai yang baik. Ambil contoh misal PMII dengan nilai nilai dasar pergerakan nya yang membentuk perilaku anggota nya menjadi manusia yang berkarakter religius karena prinsip tauhid nya yang mengendaki kehadiran Allah disetiap pergerakannya. Di sini keimanan perlu di terapkan dalam hal ini sebagai kader dan sebagai hamba Allah dengan begitu tanggung jawab nya akan di pertimbangkan dalam 2 sisi yaitu; pertanggungjawaban di hadapan Allah dan di hadapan organisasi.

Karakter kedua yaitu sikap Ikhlas dari nilai Hablumminallah dengan prinsip ini menghendaki anggota sebagai dua insan yaitu sebagai hamba Allah dan sebagai Khalifah. Kedua sisi itu harus dilakukan secara teguh dan seimbang. Pola yang terbentuk adalah kader yang senantiasa selalu berikhtiar dan harus berjuang (konsep khalifah) tetapi juga harus di yakini bahwa ada kuasa Allah yang akan menghendaki segala hal (konsep hamba). Atas itulah selain dari pada berjuang tetapi berdoa agar mendapatkan ke ridho Allah. 

Selanjutnya yang ketiga membentuk karakter humanis dengan nilai hablumminannas. Kita tahu bahwa Indonesia hidup dengan keberagaman adat, suku, dan budaya. Di sisi lain kita adalah sama sama manusia tetapi juga memiliki potensi yang berbeda. Perbedaan dan keberagaman tersebut tidak menjadikan sebuah soal yang menghambat keberlangsungan hidup tetapi justru ini menjadi alasan untuk hidup bersatu. Keberagaman potensi misal, dengan banyaknya potensi yang ada di anggota maka banyak peluang untuk satu sama lain saling melengkapi sehingga menjadi kesatuan yang sempurna dengan saling menutupi kekurangannya maka tidak heran PMII menganggap anggotanya dengan sebutan sahabat. Hal ini dimaksudkan agar sesama anggota nya lebih dekat layaknya para sahabat nabi. 

Keempat hablumminal alam, membentuk karakter yang peduli akan lingkungannya. Keberlangsungan hidup kita bergantung pada alam kita dalam arti luas. Lingkungan bukan hanya sekedar tumbuhan dan tanah melainkan konsep alam dan seluruhnya maka dengan demikian anggotanya berkeharusan untuk memakmurkan kehidupan di bumi dan di arahkan pada kebaikan di akhirat.

PMII menjadi contoh topik dalam tulisan ini, dengan tanpa mengurangi nilai-nilai yang terkandung dalam organisasi lain. Hanya saja tidak cukup jika di tuangkan semua. Penulis yakin jika nilai-nilai dalam organisasi diterapkan oleh seluruh anggota organisasi maka tidak akan ada namanya perpecahan, konflik organisasi, konflik perbedaan dan hal-hal yang dapat merusak tatanan kehidupan.

Dengan pemahaman dan kesadaran akan nilai-nilai yang di miliki organisasi meskipun terdapat beberapa kepentingan yang melibatkan organisasi maka tidak akan menjadi persoalan jika landasan berpikir dan bergeraknya berpegang teguh pada nilai nilai organisasi.

Kembali ke topik urgensi organisasi, mari kita tanyakan pada kita yang tergabung dalam organisasi, sudahkah kita menerapkan nilai-nilai organisasi ? Jika belum ini menjadi urgensi bersama dan mari evaluasi.