Telusur Minyak Mentah Beredar di Bengkulu, Siapa Pelakunya?

Telusur Minyak Mentah Beredar di Bengkulu, Siapa Pelakunya?

Interaktif News - Bahan Bakar Minyak 9BBM) mentah guna dioplos kini tengah viral di Provinsi Bengkulu. Beberapa mass media menyebutkan, indikasi merugikan keuangan negara dan dapat mempercepat kerusakan mesin kendaraan itu masih didistribusikan.

Dalam kurun waktu 2 tahun terakhir ini saja, Satuan Intel Korem 041 Gamas Bengkulu berhasil menangkap dua unit kendaraan truk pengangkut bahan minyak mentah. Motifnya, kendaraan pelaku dimodifikasi untuk mengangkut 16 Ton minyak mentah dan diduga minyak tersebut sengaja di-order oleh salah satu kontraktor besar yang di Provinsi Bengkulu.

Hasil investigasi menyebutkan, ada dugaan minyak mentah yang beredar di Provinsi Bengkulu untuk campuran, oplosan BBM jenis solar. Kejahatan yang cukup lama berlangsung di Indonesia ini, menambah panjang kerugian negara terutama sektor pajak dan kepentingan umum lainnya.

Paling tidak di Tahun 2005, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kala itu, Purnomo Yusgiantoro sempat menyerahkan berkas pelaku kejahatan BBM ini ke Markas Besar Polri di Jakarta, Rabu, (9/3/2005). KementrianESDM menemukan ada sekitar 153 lokasi pengoplosan BBM yang tersebar di lima wilayah pemasaran Pertamina. Saat itu, pihak kepolisian dan kejaksaan berjanji akan menangkap para pengoplos BBM tersebut.

Ironisnya, hingga kini perbuatan para pelaku masih terus saja berlangsung. Bila satu unit mobil tanki bermuatan 10 ribu liter di-distribusikan untuk satu perusahan, dengan keuntungan pelaku Rp 3 ribu saja per liter, berapa keuntungannya perhari? Belum lagi di kali tiap perusahaan yang ada di sembilan kabupaten di Provinsi Bengkulu? Tak salah kalau rumor yang beredar menyebutkan, setiap pelaku dapat meraup uang 300 juta per harinya.

Di tahun 2017 lalu saja, Polres Bengkulu Selatan juga berhasil mengamankan 5 Ton minyak mentah yang diangkut menggunakan kendaraan roda empat Nopol BM 8760 PD jenis Mistubishi L 300 dan Nopol BD 9990 GD jenis Daihatsu Grand Max Lima bulan kemudian, Rabu, (15/11/2017).

Tak itu saja, Polsek Curup juga berhasil mengamankan satu unit truk BD 8418 HB mengangkut 7,1 Ton minyak mentah. Informasinya dari ketiga operasi penangkapan itu menunjukan minyak mentah yang masuk ke Provinsi Bengkulu berasal dari wilayah Sumatra Selatan. 

Tak hanya Polri

Fenomena minyak mentah yang akan dioplos beredar di Provinsi Bengkulu ini, tentunya tidak di perintahkan ke pihak Pori saja dalam penganganannya.  Sesuai Instruksi  Presiden Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2005 tentang 
Pemantauan, Pengawasan Dan Pengendalian Dampak Kenaikan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak Di Dalam Negeri, disebutkan gubernur, wali kota dan bupati juga punya andil untuk mencegah terjadinya hal ini selain 13 kementrian selain TNI dan Polri.

Mengetahui kondisi ini, Koordinator Konsorsium LSM Provinsi Bengkulu, Syaiful Anwar, Rabu, (21/03/2018) menegaskan, peredaran minyak mentah di Provinsi Bengkulu masih terus terjadi. Ini perlu mendapat perhatian khusus aparat penegak hukum. Investigasi konsorsium baru-baru ini sempat melaporkan adanya perusahaan kontraktor pertambangan yang terindikasi menggunakan minyak mentah untuk kegiatan operasinya.

Indikasinya, ada salah satu perusahaan yang bergerak di bidang kontraktor pertambangan batu bara, diduga kuat menggunakan minyak mentah. Modus operandi perusahaan itu menggunakan pola yang sangat rapi. Kesan yang tampak seolah-olah BBM yang digunakan adalah resmi dari Pertamina. Sebenarnya BMM itu terindikasi berisi minyak mentah atau minyak hitam yang penggunaanya dilarang. 

“Perusahaan kontraktor pertambangan tersebut menggunakan minyak ilegal. Modusnya, mereka menggunakan payung perusahaan distributor resmi Pertamina. Kemudian mereka mengoplos antara minyak mentah dengan minyak resmi Pertamina. Kami menduga kuat pihak pertamina dan distributor resminya tidak tahu kalau bendera mereka digunakan untuk kegiatan ilegal“ kata Syaiful.

Minyak yang mereka gunakan jelas Syaiful berasal dai daerah Sekayu, Sumatra Selatan. Untuk perusahaan kontraktor pertambangan yang dimaksud, merupakan perusahaan pemegang kerjasama tunggal dengan beberapa perusahaan pertambangan batu bara di Bengkulu. 

“Selaku kontraktor tunggal, mereka melakukan subkontrak dengan penyedia alat berat. Di sinilah kemudian minyak mentah digunakan, sebagai bahan bakar alat berat yang berkerja di tambang batu bara. kami menduga kuat para penyedia alat berat tidak mengetahui kalau peralatan mereka dikasih minyak oplosan. Kalau mereka tahu tentu tidak akan dizinkan“ kata Syaiful

Mendalami Kasus

Konsorsium hingga berita ini diterbitkan masih mendalami kasus ini agar terang benderang. Konsorsium menyebut, penggunaan minyak mentah oleh perusahaan tersebut, mencapai puluhan ton, dengan harga bersih hingga ke pemesan hanya Rp 6.700 sedangkan harga resmi minyak untuk industri dari Pertamina adalah Rp 10.150.000 untuk solar industri.

Jelas keuntungan bisa berlipat karena BBM mentah tidak kena pajak dan digunakan untuk kebutuhan industri. Konsorsium meminta aparat penegak hukum untuk lebih jeli dan fokus terhadap peredaran minyak mentah di Provinsi Bengkulu. Akankah hal ini terkuak?

“Modusnya kini semakin cantik saja, kalau kemaren sempat beberapa mobil truk diamankan oleh aparat penegak hukum karena mengangkut minyak mentah ilegal, kini kalangan perusahaan nakal mengelabuhi aparat dengan cara mengangkut minyak mentah menggunakan mobil tangki yang berbendera distributor resmi pertamina“ jelas Syaiful yang mengaku pihaknya telah mengantongi data dalam alur transportasi peredaran minyak mentah yang digunakan perusahaan tersebut.

Minyak mentah yang digunakan katanya, berasal dari daerah Sekayu, Sumatra Selatan, minyak mentah disuling di Sekayu, kemudian diangkut oleh distributor resmi pertamina melalui jalur Lampung-Kaur-Bengkulu Selatan. Pengangangkut masuk Kota Bengkulu dan ditampung di lokasi salah satu perusahaan tambang batu bara di daerah Ketahun Bengkulu Utara.

Minyak mentah selanjutnya dioplos dengan minyak resmi Pertamina untuk selanjutnya didsitribusikan kepada alat berat yang sedang beroperasi di tambang-tambang batu bara.

Reporter : Bennie Hakim