Rekrut Santri Jadi Anggota TNI-Polri Bisa Hilangkan Fitnah Radikalisme

HAbib Syakur

Habib Syakur Ali Mahdi Al Hamid, Foto: Dok

Interaktif News - Polri melakukan rekrutmen anggota Polri yang bersumber dari pesantren, hafiz Alquran, hingga siswa berprestasi dalam ilmu agama lainnya, sejak 2017 lalu. KSAD, Jenderal TNI Dudung Abdurachman pun juga merencanakan melakukan perekrutan santri menjadi prajurit TNI.

Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan, Habib Syakur Ali Mahdi Al Hamid mengatakan, santri merupakan potensi besar bagi bangsa dan negara yang perlu dioptimalkan. Selain itu, rencana ini juga sebagai upaya mengikis fitnah-fitnah miring yang ditujukan terhadap pesantren-pesantren.

“Ini juga sekaligus menghilangkan fitnah yang secara berkala, terang-terangan mengatakan pesantren itu dijadikan sarang radikal. Inikan fitnah yang keji. Padahal, sangat banyak pesantren-pesantren yang mengajarkan nasionalisme, mengajarkan cinta tanah air dan bangsa,” ujar Habib Syakur, Senin, (6/12/2021).

Selama ini masyarakat disebut terkesan melupakan fungsi dan peran besar dari pesantren. Sejak zaman sebelum dan sesudah kemerdekaan hingga saat ini, fungsi dan peran pesantren sangat besar dalam menjaga keutuhan anak bangsa.

“Propaganda kelompok pemuja khilafah dan wahabi cukup masif. Terlebih mereka, diduga telah banyak mendirikan pendidikan berbasis islam. Seharusnya, kurikulum mereka ini yang perlu diawasi secara ketat,” jelas dia.

Pasalnya, dari segelintir pesantren didirikan pemuja khilafah, patut diduga merusak nama pesantren secara umum, yang selama ini kontribusinya pada bangsa dan negara tidak perlu diragukan lagi. Menurut dia, kurikulum pesantren tersebut umumnya sangat berbeda dari kurikulum pesantren-pesantren di Indonesia.

Walaupun begitu, Habib Syakur memastikan bahwa sangat banyak pesantren-pesantren di Indonesia yang mengajarkan nasionalisme, cinta tanah air dan bangsa serta pesantren yang khusus mengkaji masalah ke-Islaman di Indonesia.

“Saya sarankan semua lulusan santri sangat baik apabila diikutkan dalam pelatihan dan pendidikan oleh TNI-Polri. Karena, bila hanya menjadi personil TNI-Polri saja sangat disayangkan mereka memutuskan keilmuannya,” lanjut dia.

Menurut Habib Syakur, merupakan hal yang positif jika seluruh tamatan pesantren dididik oleh TNI-Polri. Ketika para santri ini dikembalikan ke basisnya, maka mereka menjadi pendakwah yang mengayomi dan mampu memecahkan sebuah masalah di tengah masyarakat baik secara sosiologis mapun antropologis.

“Jadi, setelah ikut pendidikan, mereka kembali lagi ke komunitasnya yaitu ke pesantren, ke masjid, sebagai pengayom umat. Saya rasa, kalau ini berjalan secara berkala, otomatis 80% radikalisme dan intoleran tidak lagi berkembang,” pungkas dia.

Editor: Alfridho Ade Permana