Mila Rahmawati bersama kedua orang tuanya, Foto: Dok

Interaktif News – Namanya Mila Rahmawati, gadis remaja yang menitih jalan hidup tak seperti remaja kebanyakan. Kisah pelajar SMA ini bak sinetron yang benar terjadi dalam dunia nyata. Bagaimana tidak, perempuan berkerudung ini harus menjadi tulang punggung keluarga sejak 2 tahun lalu. 

Di tempat ia tinggal, Desa Talang Alai, Kecamatan Air Periukan, Kabupaten Seluma, Mila melakoni banyak peran. Seorang anak yang mengambil alih tugas ibu yang mengurus rumah tangga. Saat bersamaan ia juga berperan sebagai seorang ayah yang mencari nafkah untuk keluarga. Mila juga menjadi penjamin masa depan adiknya yang kini duduk di sekolah dasar.

Ayahnya sejak 5 tahun lalu mengalami sakit parkinson. Dilansir dari Kemenkes RI, parkinson adalah jenis gangguan saraf yang mempengaruhi gerakan yang sering disertai tremor. Gejalanya gerakan menjadi lambat, kekakuan, hilangnya keseimbangan. Mirip stroke. Ibunya sakit sejak 4 tahun lalu dengan vonis mengidap penyakit payu darah. 

Akibat sakit yang diderita, kedua orang tua Mila terpaksa istirahat di rumah. Ayahnya nampak kaku dengan kondisi tangan gemetaran sepanjang hari, jangankan untuk kerja berdiri pun sudah tak kuasa. Demikian pula ibunya yang nampak lebih parah, hanya terbaring di tempat tidur.

“Sudah dua tahun ayah dan ibu sakit, semenjak itulah saya harus jadi tulang punggung keluarga dan membiayai adik saya sekolah,” kata Mila dengan mata berkaca-kaca, Jumat, (16/12/2022).

Beban Mila bukan hanya mencari nafkah untuk menyambung hidup keluarga. Ia juga menjadi perawat untuk kedua orang tuanya. Sepekan sekali Mila rutin membeli obat. Lebih memperihatinkan lagi pembelian obat-obat itu sama sekali tidak ditanggung BPJS. 

“Kedua orang tua saya diharuskan konsumsi obat rutin yang di luar tanggungan BPJS sehingga itu saya mau tidak mau haru kerja” ucap gadis yang kini duduk di bangku kelas 3 SMA ini. 

Mila menceritkan kesehariannya yang setiap subuh harus memasak dulu di dapur. Usai menyiapkan masakan untuk ayah, ibu dan adik, Mila belum langsung berangkat ke sekolah. Ia harus menyadap karet dulu di kebun yang menjadi satu-satunya sumber penghasilan keluarga. Usai menyadap karet barulah ia berangkat ke sekolah. 

“Kalau saat ini saya bekerja menyadap karet sebagai penyambung hidup, hasilnya tidak terlalu besar tetapi cukup untuk membiayai hidup sehari-hari dan membayar sekolah adik saya” tutur Mila. 

Keseharian itu Ia jalani dengan ikhlas dengan tetap berharap ayah dan ibunya suatu saat sembuh dari sakit. Mila selalu memimpikan hidup seperti layaknya remaja seumuran namun apa hendak dikata dipundak perempuan yang kini berusia 17 tahun itu beban hidup nampak begitu berat. 

“Ibu sudah sakit payu darah sudah 4 tahun dan ayah sudah sakit 5 tahun. Saya sebagai anak memohon bantuan kepada para dermawan untuk biaya pengobatan orang tua saya” harap Mila beriring isak tangis.

Reporter: Deni Aliansyah Putra