Televisi dan Pembentukan Opini Publik; Tantangan Antara Penyajian Informasi dan Risiko Bias

Opini Publik

Oleh: Agri Sigalingging*

Dalam era modern ini, peran televisi sebagai penyampai informasi dan hiburan selalu menjadi fokus perbincangan yang semakin mendalam di tengah masyarakat. Meskipun menjadi medium yang efektif dalam menyampaikan berita dan pandangan, perlu dicermati bahwa terdapat kompleksitas dibalik pengaruhnya terhadap pembentukan opini publik.

Televisi, sebagai saluran penyiaran yang dapat diakses oleh masyarakat secara luas, memiliki kemampuan untuk membentuk pola pikir dan pandangan dunia pemirsa. Penyajian berita yang terstruktur dan program-program informatif dapat memberikan wawasan yang bernilai bagi masyarakat. Namun, sering kali pula terdapat risiko terjadinya bias dalam penyampaian informasi.

Para produser berita dan pembuat program memiliki tanggung jawab besar dalam menyeleksi, merangkum, dan menyajikan informasi. Dalam hal ini, risiko bias dapat muncul melalui pemilihan berita yang mendukung sudut pandang tertentu atau penekanan terhadap aspek-aspek tertentu dari suatu isu. Hal ini dapat mengarah pada pembentukan opini publik yang cenderung terpolarisasi dan kurang objektif.

Tantangan lainnya muncul dari tren dramatisasi berita yang bertujuan untuk menarik perhatian pemirsa. Meskipun hal ini dapat meningkatkan daya tarik acara televisi namun dapat pula mengaburkan garis antara fakta dan hiburan. Oleh karena itu, pemirsa perlu lebih kritis dalam menilai informasi yang diterima dan mencari sumber berita yang beragam untuk mendapatkan sudut pandang yang lebih lengkap.

Penting juga untuk mencermati bagaimana televisi memperlakukan isu-isu tertentu, apakah dengan cermat dan mendalam atau sekadar memberikan sorotan yang dangkal. Dengan demikian, masyarakat dapat memahami bahwa pemilihan topik berita dan cara penyajian memiliki dampak yang signifikan dalam membentuk opini dan pandangan mereka terhadap dunia.

Saat ini televisi masih menjadi salah satu sumber utama informasi dan hiburan, penting bagi masyarakat untuk menjalani konsumsi media dengan sikap kritis. Dengan meningkatkan kesadaran terhadap potensi risiko bias dan dramatisasi, kita dapat memastikan bahwa peran televisi dalam membentuk opini publik berjalan sejalan dengan nilai-nilai keobjektifan dan keberagaman informasi.

*Penulis adalah Mahasiswa S1 Jurnalistik Fakultas Ilmus Sosial dan Ilmu Politik Universitas Bengkulu