Pidato Puan di Depan Presiden: Singgung Kekuasaan, “No Viral No Justice”

Puan Maharani

Ketua DPR RI, Puan Maharani bersalaman dengan Presiden Jokowi usai Rapat Paripurna HUT RI ke-79, Jumat, 16 Agustus 2024, Foto: Dok

Interaktif News - Ketua DPR RI, Puan Maharani menyinggung soal kehadiran negara dalam permasalahan yang dihadapi rakyat, terkhususnya permasalahan penegakkan hukum. Puan menyebut selama ini negara hanya menunggu insiatif masyarakat mem-viral-kan di media sosial dengan slogan 'No Viral No Justice'.

Hal itu disampaikan Puan saat berpidato dalam sidang tahunan MPR RI 2024 dan sidang bersama DPR RI dan DPD RI 2024 dalam rangka hari ulang tahun Indonesia ke-79 di Gedung DPR/MPR/DPD RI, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat, (16/8/2024).

"Berbagai permasalahan yang dihadapi rakyat, semakin membutuhkan kehadiran negara; ketika negara terlambat atau tidak responsif, rakyat mengambil inisiatifnya sendiri dengan mem-viral-kan di media sosial; No Viral, No Justice," sebut Puan.

Lanjut Puan menegaskan, sudah menjadi tanggung jawab bersama, lembaga kekuasaan negara, DPR RI, DPD RI, Pemerintah Pusat dan Daerah, MA, MK, TNI, POLRI, untuk dapat menjalankan kekuasaan negara secara efektif, responsif, cepat, memperhatikan rasa keadilan, rasa kepatutan, dalam menangani setiap urusan rakyat sehingga kehadiran negara adalah hadirnya keadilan dan kesejahteraan bagi rakyat

"Kehadiran negara jangan menunggu "Viral For Justice". Kehadiran negara adalah hadirnya keadilan bagi rakyat," harap Puan.

Selain menyinggung soal negara yang kurang responsif terhadap penegakan hukum, Puan juga bicara soal kesetaraan gender yakni dengan memberikan ruang bagi kaum perempuan terlibat dalam proses pembangunan.

"Keikutsertaan perempuan bukanlah sebagai bentuk afirmatif, akan tetapi sebagai bentuk kesadaran kita bersama bahwa peran laki-laki dan perempuan setara kedudukannya dalam membangun bangsa dan negara," ucap Puan.

Puan menilai masyarakat masih keliru cara berpikir yang seolah-olah mengabaikan peran dan kehadiran perempuan. Saat ini masih banyak ditemukan cara berpikir The happiness of man is I will. The happiness of woman is he wills yang artinya Kebahagiaan manusia adalah aku yang menginginkannya. Kebahagiaan seorang wanita adalah kehendaknya.

"Kesetaraan antara laki-laki dan perempuan bukan didasarkan karena kebencian perempuan kepada laki-laki. Cara berpikir seperti itulah yang harus kita ubah," ujar Puan.

Lanjut Puan menjelaskan jika kesetaraan didasarkan pada kesadaran bahwa harkat dan martabat manusia sama, baik laki-laki maupun perempuan; baik kulit putih maupun kulit hitam; baik rambut lurus maupun rambut keriting.

Menurutnya tidak mungkin atas nama kesetaraan perempuan menggunakan pakaian laki-laki; dan laki-laki menggunakan pakaian perempuan. Apa jadinya kalau laki-laki yang hadir di sini menggunakan pakaian perempuan? Demi kesetaraan.

"Perempuan dan laki-laki mempunyai hak yang sama untuk maju, sejahtera, berkarya, berprestasi, dan hak yang sama dalam pekerjaan serta jabatan-jabatan publik," katanya.

Editor: Deni Aliansyah Putra