HOAX Mudah Pengaruhi Psikologi Masyarakat

Anti Hoax

Hoax Sebuah Operasi Intelijen Informasi, Waspada !

Yang diinginkan oleh kaum kolonial adalah Indonesia terpecah-pecah menjadi beberapa bagian kecil berbasis agama dan atau etnis, nation state bubar, diganti ethnic state, religion state, corporate state, dan sebagainya, itulah skema  besar mereka.

Silahkan cermati apa yang terjadi ? mayoritas individu bangsa malah larut dalam skema yang tengah diremote oleh pemilik hajat ! bahwa cita rasa terlezat dalam rangka balkanisasi di beberapa negara selain konflik antar mazhab (di Timur Tengah), juga menu-menu lokal yang bernuansa SARA sangat digemari.

Mengapa? karena selain ke-bhinnekaan yang relatif lestari di Bumi Pertiwi ini juga tumbuh subur serta berkembang apa yang disebut “sentimen” baik sentimen kedaerahan, sentimen terhadap figur (bahkan cenderung kepada kultus individu) maupun sentimen agama, dan sentimen lain-lain.

Ancaman di depan mata kita terutama ada operasi intelijen negara lain di negara kita, ada tiga operasi yang harus diwaspadai:

Black Ops Intelligence adalah operasi intelijen yang dilakukan negara, lembaga, atau organisasi asing yang bertujuan untuk melemahkan dan menganti rezim pemerintahan, hal itu dilakukan melalui agitasi, infiltrasi, teror, kegaduhan, kudeta, dan lain sebagainya.

Sedangkan Psycho Ops Intelligence, merupakan operasi intelijen informasi dengan menggunakan indikator-indikator tertentu untuk melakukan brain washing  (cuci otak) caranya bisa melalui berita yang menyesatkan atau hoax terhadap target atau kelompok tertentu.

Informasi-informasi tersebut biasanya digunakan untuk mempengaruhi emosi, motif, dan cara berpikir target, mereka bermaksud mengubah perilaku perorangan, kelompok, kemudian pemerintah (ini yang sudah terjadi di Indonesia).

Selain dua operasi itu, ada pula operasi intelijen di bidang ekonomi " Currency War " untuk melemahkan mata uang, negara target, Indonesia juga sedang diserang dengan currency war namun dalam skema yang berbeda, yakni operasi " Ekonomic Hit Man ",

Hoax sebuah Operasi Intelijen Informasi

Psycho Ops Intelligence lewat pemberitaan palsu (bahasa Inggris: hoax) adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya. Hal ini tidak sama dengan rumor, ilmu semu, maupun April Mop.

Fenomena ini mengingatkan kita pada apa yang diungkapkan Mantan Kanselir Jerman pendukung utama dan penerus Hitler, Joseph Goebbels

“if you tell a lie big enough and keep repeating it, people will eventually come to believe it.”

Jika anda mengatakan sebuah kebohogan besar dan terus mengulanginya, orang-orang akhirnya akan mempercayainya.

Seringkali kita mengecam cara-cara berpolitik ala Hitler tapi pada saat yang sama kita mempraktikkan ajaran-ajarannya. Inilah kemunafikan yang saat ini tampak nyata di hadapan kita.

Media Sosial Effektif Informasi Hoax

Saat pilkada berlangsung kita bisa melihat begitu banyak informasi dan berita palsu bertebaran dan kadang kita turut menyebarkannya.

Media sosial masih menjadi sarana mudah penyebaran informasi palsu atau hoax dan isu Suku Agama Ras dan Antar Golongan atau SARA. Pemerintah mengkhawatirkan penyebaran melalui media sosial akan berdampak pada Pemilu dan Pilkada mendatang.

Bulan Agustus ini menjadi tahapan awal penyelenggaraan Pilkada serentak yang akan berlangsung pada 27 Juni 2018 mendatang. Ada sekitar 171 daerah yang meliputi 17 Provinsi, 39 kota dan 115 kabupaten di Indonesia yang mengikuti Pilkada serentak tersebut. Jumlah ini lebih banyak daripada penyelenggaraan pilkada serupa tahun 2017 yang mencapai 101 daerah yang meliputi tujuh provinsi, 18 kota dan 76 kabupaten

Derasnya informasi seiring perkembangan teknologi dan media sosial memudahkan kita menerima berbagai informasi termasuk berita benar ataupun palsu alias berita hoax.

Manusia Mudah Percaya Berita Hoax ?

Meski gerah dengan maraknya penyebaran berita hoax atau berita bohong, sekarang ini fenomena tersebut tidak bisa kita hindari. Jika tidak cermat, kita pun bisa dengan mudah percaya dengan berita hoax, apalagi di media sosial. Lalu sebenarnya, apa sih alasan yang membuat orang justru lebih mudah percaya berita hoax?

Menurut pakar psikologis, secara alami setiap orang memiliki kecenderungan untuk mempercayai informasi yang mudah dicerna. Berdasarkan pemindaian aktivitas otak, pada saat kita berhasil memahami fakta atau peryataan tertentu otak akan melepaskan hormon dopamine. Hormon ini bertanggung jawab untuk menimbulkan perasaan nyaman, bahagia dan membuat kita merasa positif. Sebaliknya ketika kita menerima informasi yang rumit dan butuh analisis mendalam, bagian otak yang mengatur rasa sakit dan muak jadi lebih aktif.

Melihat proses berpikir otak manusia yang cenderung menyukai hal yang lebih mudah dipahami.

Banyak berita hoax yang dibuat sesuai dengan mekanisme ini. Yakni menyajikan informasi yang mudah dipahami serta menarik

Akibatnya jika didukung dengan kemampuan literasi masyarakat yang masih kurang atau mereka lebih suka menerima informasi tanpa mencari konfirmasi atau kritis mencari tahu fakta yang lebih jelas, berita palsu jadi langsung dianggap benar.

Selain dari proses berpikir, sifat percaya pada informasi yang belum jelas kebenarnya sebenarnya dulu berperan penting untuk meningkatkan keselamatan hidup manusia. Salah satu contohnya, ketika nenek moyang manusia melihat sesuatu yang tampak mengancam padahal belum tentu benar, mereka yang mudah percaya akan cenderung lebih cepat mengambil langkah penyelamatan diri meski belum mengkonfirmasi kebenaran adanya bahaya, sehingga lebih banyak yang selamat.

Sebaliknya, manusia yang tidak mudah percaya akan mencari kebenaran informasi terlebih dahulu dan ketika ancaman itu benar maka mereka sudah terlambat untuk menyelamatkan diri. Akibatnya kemungkinan selamat juga semakin kecil. Secara evolusioner jumlah manusia dengan sifat mudah percaya lebih banyak yang bertahan hidup dan meneruskan sifatnya pada keturunannya. Dengan demikian jumlah populasi manusia dengan sifat ingin tahu yang tinggi jadi lebih sedikit. Oleh karena itu, tidak heran ya, jika saat ini banyak orang yang mudah percaya meskipun berita tersebut mengandung kebohongan alias hoax.

Masyarakat Indonesia saat ini umumnya senang berbagi informasi. Dibarengi dengan perkembangan teknologi digital yang penetrasinya hingga berbagai kalangan, peredaran informasi menjadi kian sulit terbendung. Untuk itu diharapkan lebih cerdas menganalisis, mengolah dan membagikan informasi antisipasi terjebak dan menjadi penyebar hoax.

Penulis: Freddy Watania

Editor: Riki Susanto