1.879 Petani Bengkulu Sedang Berhadapan dengan Konflik Agraria

tanah untuk rakyat

Aksi simpatik Koalisi Bela Petani di Simpang Lima, Kota Bengkulu, Jumat 23 September 2022, Foto: Dok

Interaktif News - Kanopi Hijau Indonesia mendata setidaknya ada 1.879 orang petani yang tersebar di seluruh Propinsi Bengkulu yang setiap harinya berjuang dan berhadap-hadapan dengan konflik agraria. 

Rincianya petani yang tergabung di HKTI Seluma 1.035 orang, Malin Deman Mukomuko 83 Orang, Batik Nau Bengkulu Utara 100 orang, Air Berau Mukomuko 64 Orang, Kec Bang Haji Bengkulu Tengah 40 Orang, Teluk Sepang Kota Bengkulu 14 Orang, Sibak Mukomuko 500 Orang, Pondok Bakil Bengkulu Utara 43 Orang. 

Mirisnya nasib para petani itu turut mendapat perhatian dari aktifis Bengkulu. Jumat, 23 September 2022 kelompok aktifis yang tergabung dalam Koalisi Bela Petani menggelar aksi simpatik di Bundaran Simpang Lima Ratu Samban, Kota Bengkulu. 

Aksi gabungan itu digelar sebagai bentuk empati terhadap nasib ribuan petani karena posisi mereka yang terus terabaikan di tengah label negara Indonesia sebagai negeri agraris. 

Korlap aksi Meiko mengatakan, selain kenaikan harga BBM yang telah memunculkan masalah baru di kalangan petani, ternyata ribuan petani juga sedang berhadapan dengan konflik agraria. 

“Nasib petani kita terus terperosok ke dalam jurang kemiskinan berkepanjangan tanpa tanah, tanpa masa depan. Kita sudah mengetahui bahwa Indonesia adalah negara agraris karena memiliki tanah yang subur. Namun, semua itu sepertinya hanya untuk para pemodal” kata Meiko, Jumat, (23/09/22)

Lanjut Meiko, di tengah konflik agraria yang belum tuntas, Presiden Jokowi justru mengumumkan kenaikan harga BBM dan kelompok yang paling berdampak adalah petani. Dimana seluruh bahan pangan naik akan tetapi hasil produksi petani dibeli murah. 

Mahasiwa Unib, Dimas menyebut, potensi Indonesia sebagai negara agraris harus diperuntukkan untuk sebesar besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat seharusnya pemerintah sadar dan peka atas hal itu. 

“Petani kita justru bernasib tragis di negeri agraris terbukti dengan masalah kesejahteraan petani yang tidak diperhatikan, krisis regenerasi petani, konflik agraria bahkan soal krisis pangan yang bisa saja terjadi dan masalah kompleks lainnya” kata Mahasiswa Unib itu.

Aksi ini digelar dalam rangka memperingati Hari Tani Nasional, 23 September 2022. Koalis Bela Petani menyampaikan beberapa tunutan diantaranya; Stop perpanjangan Hak guna usaha (HGU) perkebunan, tidak mengeluarkan izin HGU baru, turunkan harga BBM serta adanya kepastian harga hasil pertanian seperti sawit dan karet.

Editor: Iman SP Noya