Hasil Nyata Politeknik Negeri Jakarta

1

Salah satu Gedung Belajar di Kampus Politeknik Negeri Jakarta. Foto/Dok: Fabbiola Irawan

Menempuh pendidikan setinggi-tingginya adalah keinginan semua orang. Memiliki label berpendidikan di tengah-tengah zaman digitalisasi tampaknya sangat diperlukan. 12 tahun wajib belajar yang diwajibkan oleh pemerintah Indonesia masih tidak cukup untuk sebagian orang.

Pasalnya banyak pekerjaan dengan upah di atas UMR yang membutuhkan kualifikasi minimal D-III, D-IV, bahkan S-1. Dengan melihat persyaratan dasar pendidikan tiap pekerjaan, banyak yang menempuh pendidikan perguruan tinggi guna mendapat pekerjaan yang baik. 

Banyak perguruan tinggi yang menawarkan jasa pendidikan baik negeri atau swasta. Menimba ilmu dengan menyandang label mahasiswa dapat dilakukan di universitas, sekolah tinggi, institute, akademi, dan politeknik.
Jenis-jenis perguruan tinggi dapat dipilih oleh calon mahasiswa dengan mempertimbangkan beberapa aspek. Seperti durasi pendidikan, minat, atau mungkin target pekerjaan setelah lulus nanti.

Politeknik Negeri Jakarta adalah salah satu perguruan tinggi yang eksis di Indonesia. Menawarkan pendidikan lebih banyak praktik guna menyiapkan mahasiswa pada dunia kerja, Politeknik Negeri Jakarta yang bertetangga dengan Universitas Indonesia sudah hadir tahun 1982.

Seperti politeknik pada umumnya, Politeknik Negeri Jakarta mengedepankan praktik 55% daripada teori yang hanya sebesar 45%. Banyak yang mengira jika politeknik hanya memiliki jurusan yang berbau teknik saja. Tetapi politeknik yang sering disebut sebagai Politeknik UI ini juga menghadirkan jurusan berbau kreatifitas.

Teknik Grafika dan Penerbitan namanya. Salah satu jurusan di Politeknik Negeri Jakarta ini menghadirkan empat program studi yaitu D-III Penerbitan (Jurnalistik), D-III Teknik Grafika, D-IV Desain Grafis, D-IV Teknik Industri Cetak Kemasan.

Kerap disingkat sebagai jurusan TGP, keempat program studi itu berkecimpung di dunia kreatif yang akhir-akhir ini sedang tren di era globalisasi. Fotografi, mendesain, mencetak kemasan, menulis berita online adalah beberapa kegiatan yang sering dilakukan para mahasiswa.

Dalam kegiatan belajar dan mengajarnya, jurusan ‘seni’ ini menerapkan pembelajaran yang interaktif antara dosen dengan mahasiswanya. Tidak hanya berkutat di kelas, para mahasiswa terkadang terjun langsung ke lapangan guna mendapatkan pengalaman sesungguhnya. Misalnya meliput suatu acara, mewawancara pejabat atau publik figur, memotret model pakaian, membuat desain poster, buku, kemasan, bahkan mencetak kemasan siap pakai.
Aktivitas belajar yang berputar pada kekreatifan untuk menciptakan sesuatu. Tentunya belajar ‘nyata’ menjadi keunggulan Jurusan Teknik Grafika dan Penerbitan yang berdiri paling terakhir, yaitu tahun 2000-an.

Tiap program studi juga dapat bertukar materi pembelajaran. Seperti program studi Desain Grafis mempelajari teknik fotografi, hal itu juga ditiru mahasiswa Penerbitan (Jurnalistik) yang belajar desain, begitu juga dengan program studi lainnya.

Hasil nyata merupakan keunggulan politeknik karena pengajaran yang dilakukan lebih berfokus pada praktik. Begitu juga mahasiswa TGP, mereka membuat berita-berita bahkan sudah dimuat di beberapa media, ada juga yang membuat lomba poster, sebagian juga membuka jasa desain. Hasil nyata itu juga bukan sekadar isapan jempol saja. Nindya Frasela, Mahasiswa Program Studi Desain Grafis angakatan 2017 ini menjuarai Kompetisi Desan Batik Swiss 2019 sebagai Top 10 Desain Terbaik. 

Oleh: Fabbiola Irawan Mahasiswa Program Studi Penerbitan (Jurnalistik), Teknik Grafika dan Penerbitan, Politeknik Negeri Jakarta.